Pesawat milik TNI AU , Hercules C 130 terjatuh di Medan siang tadi. Tepatnya di Jln. Jamin Ginting, kawasan Perumnas Simalingkar, Kota Medan, Sumatera Utara, pada Selasa (30/6/2015).
Pesawat Hercules C-130 memiliki mesin 4 turboprop sayap tinggi (high wings) banyak diminati berbagai negara dengan alasan mampu take off maupun landing pada runway yang pendek. Indonesia adalah diantara salah satu negara yang memiliki Pesawat Hercules terbanyak.
Pesawat buatan perusahaan Lockheed-Martin, di Amerika Serikat, ini memiliki daya angkut yang lebih besar dan kemampuan beroperasi yang lebih baik. Pesawat Hercules C 130 memiliki kapasitas 92 orang dan 5 awak kabin.
Pesawat Hercules mampu take off maupun landing pada runway yang pendek |
Kelebihan Pesawat Hercules C-130
Pesawat jenis ini banyak digunakan untuk pengangkut tentara, meskipun saat ini banyak digunakan dalam berbagai kegiatan karena mampu mengangkut 20 ribu kilogram. Pesawat Hercules C 130 bermesin 4 X Allison T56-A15 Turboprops ini bisa juga digunakan dalam pengamatan cuaca, infantri airborne, pengisian bahan bakar pesawat di udara, pemadam kebakaran dari udara, dan ambulan udara.
TNI Angkatan Udara mengoperasikan setidaknya 28 Pesawat Hercules tipe C 130 dari bermacam jenis. Pesawat ini diserahkan ke Skuadron 31 yang bermarkas di Lanud Halim, Jakarta Timur dan Skuadron 32 Pangkalan Udara Utama 32 Abdulrahman Saleh, di Malang, Jawa Timur.
Saat ini, lebih dari 40 model pesawat Hercules, termasuk kapal senapan lebih dari 50 negara. Keluarga C-130 mampu menciptakan rekor yang bagus dalam hal kehandalan dan daya tahan pesawat, partisipasi militer, sipil, maupun bantuan kemanusiaan.
Pesawath Hercules sering terlibat dalam kegiatan kemanusiaan |
Keluarga C-139 rupanya mempunyai sejarah produksi terpanjang diantara pesawat militer lain . Yang pertama adalah purwarupa (prototipe) YC-130 terbang pada tanggal 23 Agustus 1954 dari pabrik pesawat Lockheed di daerah Burbank, California, AS. Pada saat itu, pesawat dipiloti oleh Stanley Beltz dan co-pilot Roy Wimmer. Setelah 2 prototipe ini maka selesai, produksi dipindahkan ke Marietta, Georgia, dimana lebih dari 2.000 C-130 dibuat disana.
Tahun 1975, Indonesia menerima 3 pesawat tipe C-130B. Pada tahun 1980-an, dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan dan kekuatan angkatan udara , Indonesia mendatangkan 3 buah Hercules C-130H, 7 buah C-130HS (long body), 1 buah C-130 MP (patroli maritim), 1 unit L-100-30 ( keperluan sipil), dan 6 unit Hercules L-100-30s yang dioperasikan PT Merpati dan Pelita Air untuk menunjang program transmigrasi. TNI AU sendiri juga mengoperasikan 2 unit Hercules KC-130 (versi air refuelling C-130) untuk pengisian bahan bakar di udara yang mana, sampai hari ini masih beroperasi.
Suatu ketika, Amerika Serikat mengeluarkan larangan terhadap penjualan senjata dan membekukan hubungan militer dengan Indonesia, yang saat itu masih berkaitan dengan krisis di Timor-Timur. Hal ini menyebabkan 17 pesawat Hercules C-130 tidak laik terbang karena tidak tersedianya suku cadang. Tanggal 20 September 2000, setelah Presiden Abdurrahman Wahid ( Gus Dur) dan Menteri Pertahanan Mahfud melakukan pembicaraan dengan Menteri Pertahanan AS, William Cohen , pemerintah AS menyatakan akan memberikan ijin eksport suku cadang di Indonesia. Namun sampai bertahun-tahun bejalan, suku cadang dari AS tidak pernah dijalankan dan akhirnya TNI mengimpor suku cadang pesawat Hercules dari negara lain.
Menteri Pertahanan, Juwono Sudarsono menyatakan, sekitar 70% dari budget militer Indonesia pada tahun 2009 akan di gunakan membeli pesawat C-130. Dari 24 pesawat yang dibeli, hanya ada 6 yang masih layak terbang. AS dan Australia pernah berjanji akan memberikan bantuan pembelian 6 buah Hercules versi E dan J. Tetapi, Indonesia lebih tertarik membeli tipe J (C-130J Super Hercules) yang memiliki kelebihan yaitu kemampuan angkut yang lebih tinggi dan mesin lebih efisien.
Sejarah Hercules C-130 di Indonesia
Indonesia pernah menerima 10 pesawat Hercules C-130 dari pemerintah AS sebagai bagain dari penukaran tawanan pilot CIA Allen Pope yang pada masa itu terlibat dalam membantu pemberontakan Permesta di daerah Sulawesi tahun 1958.Tahun 1975, Indonesia menerima 3 pesawat tipe C-130B. Pada tahun 1980-an, dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan dan kekuatan angkatan udara , Indonesia mendatangkan 3 buah Hercules C-130H, 7 buah C-130HS (long body), 1 buah C-130 MP (patroli maritim), 1 unit L-100-30 ( keperluan sipil), dan 6 unit Hercules L-100-30s yang dioperasikan PT Merpati dan Pelita Air untuk menunjang program transmigrasi. TNI AU sendiri juga mengoperasikan 2 unit Hercules KC-130 (versi air refuelling C-130) untuk pengisian bahan bakar di udara yang mana, sampai hari ini masih beroperasi.
Suatu ketika, Amerika Serikat mengeluarkan larangan terhadap penjualan senjata dan membekukan hubungan militer dengan Indonesia, yang saat itu masih berkaitan dengan krisis di Timor-Timur. Hal ini menyebabkan 17 pesawat Hercules C-130 tidak laik terbang karena tidak tersedianya suku cadang. Tanggal 20 September 2000, setelah Presiden Abdurrahman Wahid ( Gus Dur) dan Menteri Pertahanan Mahfud melakukan pembicaraan dengan Menteri Pertahanan AS, William Cohen , pemerintah AS menyatakan akan memberikan ijin eksport suku cadang di Indonesia. Namun sampai bertahun-tahun bejalan, suku cadang dari AS tidak pernah dijalankan dan akhirnya TNI mengimpor suku cadang pesawat Hercules dari negara lain.
Menteri Pertahanan, Juwono Sudarsono menyatakan, sekitar 70% dari budget militer Indonesia pada tahun 2009 akan di gunakan membeli pesawat C-130. Dari 24 pesawat yang dibeli, hanya ada 6 yang masih layak terbang. AS dan Australia pernah berjanji akan memberikan bantuan pembelian 6 buah Hercules versi E dan J. Tetapi, Indonesia lebih tertarik membeli tipe J (C-130J Super Hercules) yang memiliki kelebihan yaitu kemampuan angkut yang lebih tinggi dan mesin lebih efisien.
Hercules C 130 versi Sipil
Merpati Nusantara Airlines (MAN) tercatat pernah mengoperasikan jenis L-100-30 |
Selain di Indonesia, beberapa negara menggunakan Hercules versi sipil. Bahkan negara seperti Aljazair, Kuwait dan Gabon, menggunakan tipe L-100 untuk kepentingan militer.
Sumber: wikipedia.org
No comments:
Post a Comment